Jawa Barat ||
” Derasnya arus informasi saat ini harus diantisipasi dengan baik guna menghindari atau meminimalisir dampak negatif yang muncul. Misalnya beragam konten negatif yang membanjiri berbagai platform media, terutama media sosial. Baik yang terkait berita hoaks, pornografi, perjudian dan lain – lain. Salah satu cara yang perlu dilakukan adalah meningkatkan literasi publik secara berkelanjutan “, ujar Pemerhati Media Dede Farhan Aulawi di Jatinangor – Sumedang, Jum’at (29/11).
Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya memenuhi undangan dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Barat dan Forum Generasi Muda Lintas Agama (FORMULA) Jawa Barat untuk menyampaikan materi ‘Pentingnya Kesadaran Literasi Publik Untuk Mengantisipasi Konten Negatif’ di hadapan jajaran generasi muda ormas keagamaan di Jawa Barat, baik dari perwakilan umat Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Konghucu. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan Biro Kesra Pemprov Jawa Barat, dan dilaksanakan selama 2 hari di hotel Puri Khatulistiwa, Jatinangor Sumedang.
Menurutnya, perkembangan teknologi pada dasarnya seperti dua sisi mata uang. Satu sisi berdampak positif, namun di sisi lain bisa berdampak negatif. Oleh karena itu, kedewasaan dan kematangan literasi menjadi sangat penting untuk meminimalisir kemungkinan munculnya dampak negatif tersebut.
Pada kesempatan tersebut, ia pun menyampaikan bahwa konten negatif bisa berupa hoaks, judi online, pornografi, kebencian, permusuhan, dan lain – lain. Hal ini sebenarnya pernah disampaikan oleh Alvin Toffler tahun 1980, Steve Tesich tahun 1982, teori VUCA 1987, dan teori BANI tahun 2020. Jadi para futurolog di atas sebenarnya sudah bisa memprediksikan apa yang terjadi saat ini sejak puluhan tahun yang lalu. Dampaknya berbagai informasi yang diterima seringkali menimbulkan kebingungan dan ketidakpastian. Bahkan cukup sulit membedakan informasi yang benar dan yang hoaks. Apalagi jika masyarakatnya malas baca alias minim literasi.
” Persoalannya masyarakat Indonesia belum sepenuhnya bisa dewasa dalam memahami berbagai berita yang diterima di tengah derasnya arus informasi yang mengalir sangat deras dan masif. Belum lagi adanya pemanfaatan teknologi secara keliru dan sengaja melakukan penyesatan informasi untuk tujuan tertentu. Disinilah pentingnya optimalisasi dalam membangun kesadaran Literasi Publik secara kolektif dan masif “, pungkas Dede.
Dfa